Sabtu, 13 Juli 2013
Kamis, 04 Juli 2013
Metode Pengasuhan Yang Baik Untuk Anak
Setiap orang tua pasti ingin memiliki
ikatan emosional yang kuat dengan buah hatinya. Mereka juga selalu
berusaha untuk mengembangkan gaya pengasuhan anak yang tentunya sesuai
dengan nilai-nilai yang mereka anut. Karena bagaimana pun, cara mengasuh
anak sangat menentukan kepribadian kelak ketika mereka dewasa.
Setiap orang tua memiliki metode
pengasuhan yang berbeda bagi anak-anaknya. Ada yang mendidik dengan
disiplin keras, ada juga yang sangat memanjakan. Penelitian menunjukkan
bahwa kasih sayang yang diberikan sejak dini kepada bayi penting dalam
perkembangan kepribadian dan kecerdasannya.
Selama beberapa puluh tahun terakhir,
banyak penelitian yang menyarankan bahwa pengalaman pada awal kehidupan,
bahkan sebelum kelahiran, dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian
serta kesehatan fisik dan mental.
Penelitian yang dipimpin oleh profesor
psikologi dari Universitas Notre Dame, Darcia Narvaez, menegaskan bahwa
anak-anak yang banyak mendapat sentuhan kasih sayang selama masa bayinya
tumbuh menjadi lebih ramah, lebih cerdas dan lebih peduli kepada orang
lain.
Prof Narvaez membandingkan praktik
pengasuhan anak di AS dan Cina. Ia juga memaparkan penelitiannya yang
melibatkan sejumlah besar anak-anak dari ibu remaja yang ikut serta
dalam proyek pencegahan kekerasan pada anak. Ia kemudian membandingkan
hasil dari berbagai jenis praktik pengasuhan anak sejak dini.
Ketiga penelitian yang dilakukan Prof
Narvaez menyimpulkan hal yang sama: anak-anak yang diberikan kasih
sayang sejak dini pada awal kehidupannya mendapat manfaat yang besar.
Para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang lebih didukung oleh
orangtuanya, yang tangisannya cepat ditanggapi orangtua dan ditekankan
berdisiplin tanpa hukuman fisik tumbuh menjadi orang yang lebih
berempati dan bisa memahami perasaan orang lain.
“Meskipun terdapat beberapa perbedaan
antara praktik pengasuhan di Amerika dan Cina, kami menemukan sebagian
besar kesimpulannya serupa,” kata Prof Narvaez seperti dilansir Time
Healthland.
Dalam lingkungan awal kehidupan manusia,
seorang anak tidak bisa tidur lebih dari jangkauan lengan dari orangtua
atau pengasuhnya. Tidur sendirian dapat meyebabkan bayi menjadi stres
karena merasa lingkungannya tidak aman.
“Apa yang kami pelajari adalah mengenai
responsivitas, yaitu mengacu pada cara orangtua merespons bayi dan
bertindak dengan tepat. Misalnya, melihat bayi menangis dan bereaksi
terhadap apa yang diinginkan bayi. Responsivitas terkait dengan
perkembangan moral. Ini membantu mendorong perkembangan kepribadian,
perkembangan empati sejak dini dan perilaku prososial yang lebih besar,”
kata Prof Narvaez.
Hal Yang Harus Dihindari Dalam Mendidik Anak
Anak sebagai investasi bangsa yang utama
seringkali hanya sebatas slogan semata. Lingkungan kondusif yang
merupakan prasyarat untuk mencapai tujuan tersebut tampaknya belum
sepenuhnya tercipta.
Apa yang akan terjadi jika anak
dibesarkan dalam kondisi yang dipenuhi dengan kekerasan? Tentu, ia akan
mengadopsi cara-cara yang sering ia lihat ke dalam kehidupannya kelak.
Meski tak selalu, lingkungan memang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan anak selanjutnya, termasuk bagaimana orang tua mendidik
mereka.
Anak yang dibesarkan dalam situasi
keluarga yang nyaman tentu berbeda dengan anak yang selalu diberi
hukuman fisik oleh orang tuanya. Sayangnya, tak sedikit orang tua yang
tidak tahu bagaimana cara memberikan lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan optimal anak. Akibatnya, anak pun tumbuh tidak sebagaimana
yang diharapkan.
10 hal yang harus dihindari dalam mendidik anak :
1. Terlalu lemah
Misalnya, selalu memenuhi semua permintaan anak. Anak tidak diajar untuk
mengenal hak dan kewajiban. Akibatnya, anak menjadi terlalu penuntut,
impulsif (gampang melakukan tindakan tanpa perhitungan), egois, dan
tidak memperhatikan kepentingan orang lain.
2. Terlalu menekan
Misalnya, orang tua terlalu mengatur dan mengarahkan anak, tanpa
memperhatikan hak anak untuk menentukan keinginannya sendiri, atau untuk
mengembangkan minat dan kegiatan yang ia inginkan. Akibatnya, anak akan
menjadi lamban, selalu bekerja sesuai perintah, tidak memiliki
pendirian, dan suka melawan.
3. Perfeksionis Orang
tua menuntut anak untuk menunjukkan kematangan sikap atau target
tertentu yang umumnya melebihi kemampuan yang wajarnya dimiliki anak.
Akibatnya, anak akan terobsesi untuk meraih prestasi yang diharapkan
orang tuanya. Ia juga akan menjadi terlalu keras dan kritis terhadap
dirinya sendiri.
4. Tidak memberi
perhatian Orang tua hanya menyediakan sedikit waktu untuk memperhatikan
setiap perkembangan anak, atau membantu anak menempuh tahap demi tahap
perkembangannya. Akibatnya, anak tak mampu membina hubungan dengan
lingkungannya dan akan tumbuh menjadi anak yang impulsif.
5. Terlalu cemas akan
kesehatannya Orang tua terlalu berlebihan mencemaskan kondisi fisik
anak. Padahal, secara obyektif, anak sehat. Sakit sedikit saja, orang
tua cemasnya minta ampun. Akibatnya, anak akan mudah merasa tak sehat
dan ikut merasakan kecemasan yang sama. Enggan bermain, takut jatuh, dan
sebagainya.
6. Terlalu memanjakan
Misalnya, terus-menerus menghujani anak dengan barang-barang mahal atau
memberikan pelayanan istimewa, tanpa mempertimbangkan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan anak. Akibatnya, anak bisa menjadi anak yang
gampang bosan, kurang inisiatif, dan tak memiliki daya juang.
7. Tidak pernah
memberi kepercayaan Orang tua selalu meramalkan kesalahan yang belum
tentu dilakukan anak. Orang tua juga selalu mengritik anak, bahkan untuk
hal-hal yang seharusnya tak perlu kritikan. “Kamu, sih, nanti kalau
jatuh, bagaimana?” Akibatnya, anak akan menjadi seorang yang pesimis,
rendah diri, dan cenderung mengembangkan hal-hal yang selalu dilarang
orang tua.
8. Menolak kehadiran
anak Misalnya, jenis kelamin anak tak sesuai dengan harapan orang tua,
sehingga orang tua cenderung menolak menjadikan anak sebagai bagian dari
keluarga. Akibatnya, semua tindakan yang dilakukan orang tua selalu
merugikan anak. Anak bisa rendah diri dan menunjukkan sikap bermusuhan
terhadap orang tua.
9. Suka menghukum
Orang tua bersikap agresif terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan
anak, dan cenderung memilih memberikan hukuman fisik dengan alasan
mengajarkan disiplin. Bisa-bisa anak akan menganggap kekerasan sebagai
sesuatu yang wajar dilakukan dan akan melakukan hal yang sama terhadap
keluarganya kelak.
10. Suka menggoda
Orang tua cenderung melecehkan keberadaan anak dengan sering
mengolok-olok dan mengungkapkan kekurangan anak di depan orang banyak.
Akibatnya, anak akan merasa tidak dihargai dan rendah diri.
Memperhatikan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Seorang anak bukan merupakan orang dewasa
dalam bentuk kecil, karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang
dewasa. Ia harus tumbuh dan berkembang sampai dewasa agar dapat berguna
bagi masyarakat. Walaupun pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut
norma-norma tertentu, seorang anak dalam banyak hal bergantung kepada
orang dewasa, misalnya mengenai makan, perawatan, bimbingan, perasaan
aman, pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua orang
yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang
sedang tumbuh dan berkembang, misalnya keperluan dan lingkungan anak
pada waktu tertentu agar anak dapat tumbuh dan berkembang
sebaik-baiknya.
Memperhatikan tumbuh kembang anak di masa
pertumbuhan adalah salah satu hal yang dinanti semua orang tua. Pada
masa ini anak akan sangat dekat dengan orang tuanya, dan anda sebagai
orang tua pun tidak ingin menghilangkan kesempatan ini tentunya. Bahkan
banyak orang tua yang merelakan untuk tidak terlalu focus pada
kerjaannya demi menikmati kebersamaan dengan si buah hati.
Tumbuh Kembang Anak sangat penting untuk
di damping karena pada masa perkembangan ini ia banyak sekali ingin
mencoba hal-hal baru yang belum ia tahu. Untuk itu tugas orang tua
adalah memberikan arahan dan memberi tahu mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh.
Amati Tumbuh Kembang Anak.
Keberhasilan pada fase tumbuh kembang
anak sangat bergantun pada peran orang tua. Apakah anda sebagai orang
tua sudah siap? Menjadi orang tua yang siap untuk mengedukasi anak
sebaiknya jangan sembarangan, anda mungkin perlu membaca buku untuk
menjadi ayah/ ibu yang baik.
Kita tahu saat ini informasi yang masuk
pada anak di media seperti televisi seperti tanpa saringan orang tua
terkadang khawatir terhadap tayangan-tayangan yang di muat dalam
program. Karena bagaimna pun sikap anak di pengaruhi dari apa yang ada
di sekitarnya, di lihatnya atau di dengarnya.
Tumbuh kembang anak yang negatif sangat
tidak baik bagi masa depannya ketika ia mulai beranjak dewasa, tentu
anda tidak ingin jika anak-anak anda terjerumus pada hal yang tidak
baik. Memang peran orang tua terhadap tumbuh kembang anak sangat di
butuhkan bukan hanya pada usia 0-10 tahun tapi hingga ia menikah juga
masih harus tetap dalam perhatian orang tua.
Ternyata tumbuh kembang anak sangat
penting, hingga usianya dewasa. Karena anak merupakan salah satu penerus
generasi yang bisa membaikan atau memperbaiki dari generasi sebelumnya.
Maka untuk itu orang tua harus memberikannya yang terbaik dari segi
pendidikan, makanan dan banyak hal lainnya. Tumbuh kembang anak saat ini
di seluruh dunia tengah menjadi sorotan dari para pelindung anak atau
komnas HAM di Indonesia, karena terkadang ada orang tua yang tidak
memberikan sesuatunya (perhatiannya) secara maksimal.
♥ DOA DAN SETIA ^^..
♥ DOA DAN SETIA ♥
Sering ku bertanya
Bahagiakah hati ini,,,
Sering aku bermimpi
Tentang hidup yg damai.....
Disaat kuterjaga
yang ku dapat hanyalah hampa,,
Disaat aku berimajinasi,,
Kusadari itU hanya mimpi...
Tak ingin ada yg terluka bila hati mulai mendua,,,
Kulayangkan "Doa dan Setia"
Berbahagialah sayang,,,
Aku masih tetap disini untuk Setia..........
Tuhan Sama,, Kita yang Berbeda
BEDA KEYAKINAN
Dalam kesendirian,,
Aku mengingatmu bermain dalam pikiranku.
Dalam keramaian,,
Kulihat wajah serupa kau
Mempermainkan imajinasiku.
Aku tau kau juga begitu,
Kita begitu jauh melakukan hubungan yang kelewat jauh.
Kita tak akan utuh
Tak akan menyatu
Kita tau, mencoba berusaha sekuat kita.
Cinta menciptakan 2 kutub
Saling mengikuti satu sama lain
Atau bertolak belakang membangkang.
Kalian yang diluar sana
Dapatkah memberikan arti Untuk kisah cinta beda agama?
Aku dan dia
kenalan dari Chatting
Lalu telpon dan sms tiap hari
Mengetahui kami berbeda keyakinan
Tapi nekat menjalin Cinta,,
3 tahun akhirnya..
Kami saling menyalahkan sebentar kembali damai, kadang cemburu, menangis dan tertawa bersama.
Tak ada yang salah kami hanya berbeda Agama.
Aku tak berani
Kau tak bernyali
Kau memaki
Aku mencaci
Kita berpisah untuk berhenti saling menyakiti.
Selalu menginginkan aku mati
Dengan begitu tak ada memiliki aku.
Tapi cinta kita mati
Mati bersama jalan hidup kita..
Marcell mengatakan dalam lagu *Peri Cintaku*::
''Tuhan sama, Kita yang berbeda"
Kekuatan pada Cinta Beda Agama? Kamu Percaya Itu?
Gue memberi beberapa nasihat sebagai teman. Tapi tetap saja gue memikirkannya. Apakah cinta beda agama itu kekal? Apakah selalu gagal? Atau ada juga yang berhasil?
Seperti banyak film: CIN(T)A, Cinta Tapi Beda, dll.
Di artikel ini gue akan membahas pernikahan beda agama dari beberapa sudut pandang, Islam, Katolik, Kristen, dan menurut hukum UU negara.
Mari pertama kita berbicara dalam sudut pandang agama mayoritas terbanyak di indonesia. Islam.
Bolehkah menurut hukum Islam seorang Muslim, baik pria maupun wanita menikah dengan orang yang berbeda agama? Masalah perkawinan beda agama telah mendapat perhatian serius para ulama di Tanah Air. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional II pada 1980 telah menetapkan fatwa tentang pernikahan beda agama. MUI menetapkan dua keputusan terkait pernikahan beda agama ini:
Pertama, para ulama di Tanah Air memutuskan bahwa perkawinan wanita Muslim dengan laki-laki non-Muslim hukumnya haram. Kedua, seorang laki-laki Muslim diharamkan mengawini wanita bukan Muslim. Perkawinan antara laki-laki Muslim dengan wanita ahlul kitab memang terdapat perbedaan pendapat. “Setelah mempertimbangkan bahwa mafsadatnya lebih besar dari maslahatnya, MUI memfatwakan perkawinan tersebut hukumnya haram,
Dalam putusan tersebut, MUI menggunakan Alquran dan Hadis sebagai dasar hukum. “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik hingga mereka ber iman (masuk Islam).
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan wanita orangorang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) hingga mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, meskipun ia menarik hatimu…” (QS: al-Baqarah:221).Selain itu, Alquran surat al-Maidah ayat 5 serta at Tahrim ayat 6 sebagai dalil putusan MUI. Sedangkan, hadis yang dijadikan dalil adalah Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Tabrani: “Barang siapa telah kawin, ia telah memelihara setengah bagian dari imannya, karena itu, hendaklah ia takwa (takut) kepada Allah dalam bagian yang lain.”
Ulama Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait nikah beda agama. Fatwa itu ditetapkan dalam Muktamar ke-28 di Yogyakarta pada akhir November 1989. Ulama NU dalam fatwanya menegaskan bahwa nikah antara dua orang yang berlainan agama di Indonesia hukumnya tidak sah.
Ya saya menggarisbawahi kata “indonesia" (karena setau saya beberapa negara islam lain mengijinkan adanya pernikahan beda agama, contoh: Dubai)
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa tentang penikahan beda agama. Secara tegas, ulama Muhammadiyah menyatakan bahwa seorang wanita Muslim dilarang menikah dengan pria non-Muslim. Hal itu sesuai dengan surat al-Baqarah ayat 221, seperti yang telah disebutkan di atas. “Berdasarkan ayat tersebut, laki-laki Mukmin juga dilarang nikah dengan wanita non-Muslim dan wanita Muslim dilarang walinya untuk menikahkan dengan laki-laki non-Muslim.
FYI: untuk beberapa negara jazirah arab, pernikahan beda agama diperbolehkan, asalkan anaknya harus mengikuti ajaran atau dididik secara islam.
Dalam perjanjian alam, kitab ulangan 7:3, umat Nasrani juga dilarang untuk menikah dengan yang berbeda agama. “Dalam UU No 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 juga disebutkan bahwa: “Pernikahan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.”Bagaimana dengan Gereja katolik?
Hukum Gereja Katolik (c.1086, 1142)
“Perkawinan beda agama tidaklah sah, kecuali ada ijin uskup”. Alasan gereja Katolik, bukan karena pihak lain itu kafir dan akan membawamu ke neraka, tetapi karena perbedaan paham mengenai dua hal, cinta dan perkawinan. Jangan-jangan paham cintanya itu “you for me” (kamu untuk aku), dan paham perkawinannya membolehkan poligami dan cerai-kawin. Namun walaupun beda agama, kalau sepaham dalam dua hal itu, uskup akan mengijinkannya.
Perkawinan beda agama dalam gereja katolik membolehkan pihak non-katolik tetap memeluk agamanya sendiri, namun pihak non katolik harus mengijinkan anaknya dibaptis Katolik. Kalau demikian, perkawinan boleh diberkati dan diakui sah oleh gereja.
Terjadi distorsi.
Seandainya saja seorang muslim dan katolik menikah, dan masing-masing punya hukum anaknya harus dibabptis, atau didaulat sesuai aga masing2 (katolik dan islami) bagaimana jadinya? Bentrok?
Dengan agama lain? Saya mungkin tidak tahu secara pasti. Tapi kebanyakan agama murni tidak mengijinkan adanya pernikahan beda agama, beda untuk kasus tertentu bila tetua agamais setempat menerapkan hukum berbeda.
Bagaimana menurut Hukum Perkawinan Sesuai UU di Indonesia?
Perkawinan di Indonesia diatur oleh UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan: Berdasarkan UU tersebut perkawinan di definisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karenanya dalam UU yang sama diatur bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu serta telah dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bila kita menganalisa pacaran atau pernikahan beda agama:
1. Kemungkinan timbulnya perbedaan pendapat dan rasisme karena perbedaan agama, entah dari faktor eksternal atau internal keluarga sendiri
2. Dapat dibicarakan oleh orang-orang. Mengundang fitnah, kalau melihat kita berada di Indonesia3. Bila punya keturunan, agama apakah yang dianut anak tersebut?4. Kemungkinan akan tidak direstui kedua orang tua5. Hukum dari agama masing-masing
Tapi gue ga menjamin dengan kehidupan setelah “akhir-hayat". Karena semua akhirnya tergantung pada hukum agama masing-masing. Gue akan bersikap netral dan tidak memandang tinggi satu agama pun.
Tapi karena gue islam, dan kebetulan indonesia mayoritas islam,
nikah beda agama adalah tindakan yang dilarang dan tidak ada celah pembenaran sama sekali, karena dalil dalil diatas dengan jelas memberikan penerangan bagi kita selaku umat-Nya.
Selagi bisa dihindari, kenapa tidak? Lebih baik sakit (diputusin, atau memutusin suatu hubungan beda agama) daripada sakit setelah melakukan komitmen bersama seumur hidup yang nyatanya mungkin lebih sulit untuk dijalani.
Jadi pada dasarnya, gue ga percaya pada kekuatan cinta beda agama. Karena seberapapun kuatnya kalian bertahan, tidak akan pernah semurni dan sekuat pernikahan karena satu iman. Harmoni dan tentram tanpa “kemungkinan" adanya kesalahpahaman. Semoga jadi pertimbangan. Terima kasih!
PENGERTIAN FOBIA
http://fitri-paud.blogspot.com/2011/07/makalah-tentang-fobia-sekolah-tanda.html
BABII
PEMBAHASAN
Kata “fobia” menurut Baker Encyclopedia of Psychology and Counseling adalah suatu gangguan, yaitu gangguan ketakutan yang tidak rasional atau irrational fear
dari obyek-obyek atau situasi-situasi yang tidak berbahaya. Secara
singkat Ivan Ward dalam buku yang berjudul Phobia mendefinisikan bahwa
fobia adalah sebagai ketakutan yang tidak masuk akal.
Fobia
sekolah adalah ketakutan yang luar biasa (di luar porposi yang umum)
untuk berada di sekolah. Ketakutan ini irrasional, sehingga tidak
mungkin dihibur dengan keterangan bahwa tidak ada yang perlu ditakuti di
sekolah. Fobia karena sekolah merupakan sebuah bentuk kecemasan yang
tinggi terhadap sekolah. Gejala ini bisa tiba-tiba saja terjadi
dirasakan oleh anak-anak, baik itu di waktu akan berangkat ke sekolah
ataupun selepas liburan sekolah.
Fobia
sekolah menurut Adiyanti, 2006 merupakan rasa keengganan atau ketakutan
pada anak untuk bersekolah sebenarnya merupakan hal yang biasa terjadi.
Rasa takut anak pada umumnya sebagai respon untuk melindungi diri
terhadap sesuatu hal. Namun terkadang pada beberapa anak, ketakutan
tersebut dapat menjadi hal yang irasional dan berdampak sangat besar
pada keinginan anak untuk tidak bersekolah.
Menurut
Handayani (2005) saat anak ingin masuk sekolah, biasanya anak terlebih
dahulu mengalami kecemasan, lalu ketakutan, baru setelah itu terjadilah
fobia pada anak. Ada perbedaan antara kecemasan, ketakutan, dan fobia.
Kecemasan atau khawatir merupakan akibat memikirkan objek atau sesuatu
yang belum jelas atau belum terjadi. Ketakutan adalah rasa takut yang
dialami oleh anak yang merupakan respon negatif terhadap objek maupun
pengalaman yang dialami. Takut pada umumnya objek terlihat lebih jelas.
Sedangkan Fobia adalah rasa takut yang berlebihan, terus-menerus,
irasional, bahkan terkadang sulit diatasi dan dihilangkan dari anak yang
mengalami fobia. Karakteristik
anak yang mengalami fobia sekolah biasanya sulit berinteraksi dengan
orang lain, tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak ingin berada
lebih lama di sekolah, selalu menangis dan hanya ingin selalu berada di
rumah.
Menurut
Carpenter (2005) anak-anak yang mengalami fobia sekolah biasanya sulit
untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah, teman-teman dan gurunya.
Adiyanti (2005) menjelaskan bahwa fobia sekolah adalah kecemasan yang
luar biasa dan terus menerus serta tidak realistis pada seorang anak,
sebagai respon terhadap eksternal tertentu. Fobia dapat menghambat
kehidupan seorang anak yang mengalaminya. Anak yang mengalami fobia
sekolah biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya
kecemasan, seperti menghadapi teman-teman dan guru barunya atau pada
saat mengerjakan tugas sekolahnya, setiap anak biasanya bervariasi dan
tidak dapat diduga. Sedikitnya ada 30% anak mengalami fobia sekolah yang
disebabkan takut pada guru yang galak dan mendapat ejekan dari teman.
Menurut
Hurlock (1996), anak perempuan biasanya lebih banyak mengalami fobia
sekolah. Berkisar sekitar 75% dibandingkan anak laki-laki yang
hanya
25%. Hal ini disebabkan karena ketakutan yang bervariasi, diantaranya
takut berpisah dengan orangtua, takut terhadap guru dan takut tidak
mampu beradaptasi dengan teman barunya. Anak perempuan biasanya lebih
memperlihatkan rasa takutnya akan sekolah dibandingkan anak laki-laki.
Karena anak perempuan lebih mudah mengatakan pada orangtua alasan apa
yang membuat anak takut untuk masuk sekolah. Sedangkan anak laki-laki
biasanya lebih sulit untuk mengatakan apa yang terjadi pada dirinya saat
masuk sekolah (Hurlock, 1996).
Menurut
Rafy (2004) fobia merupakan ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap
benda-benda atau situasi-situasi tertentu yang seringkali tidak
beralasan dan tidak berdasarkan pada kenyataan. Fobia adalah rasa
ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa
dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi
sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti.
Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bahan ejekan oleh teman
sekitarnya. Ada perbedaan bahasa antara pengamat fobia dengan seorang
pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara
seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. (Astuti, 2006)
Fobia
Sekolah menurut Mahendratto (2007) Fobia adalah ketakutan yang kuat dan
abnormal seseorang terhadap suatu objek ataupun situasi tertentu. Fobia
dapat terbentuk oleh sugesti negatif yang dipupuk, rentetan peristiwa
yang sangat buruk, menakutkan ataupun menyakitkan dimasa lalu. Semakin
ekstrim intensitas peristiwanya, semakin kuat potensi fobianya.
Kebanyakan fobia terjadi pada masa kanak kanak walaupun dapat juga
terjadi saat dewasa. Mahendrattao juga menyatakan bahwa fobia sekolah
dapat terbentuk oleh sugesti negatif yang terjadi di sekolah, adanya
serangkaian peristiwa yang sangat buruk, menakutkan ataupun menyakitkan
dimasa lalu. Semakin ekstrim intensitas peristiwanya, semakin kuat
potensi fobianya. Kebanyakan fobia terjadi pada masa kanak kanak
walaupun dapat juga terjadi saat dewasa. Ciri-ciri psikis antara lain
muncul rasa cemas atau takut, tetapi tanpa dasar yang jelas dan
cenderung panik. Ciri fisik antara lain gemetar, nafas menjadi cepat dan
jantung berdebar debar.
Kearney
dan Silverman (dalam Carpenter 2005) berpendapat bahwa fobia sebagai
ketakutan akibat pengalaman di masa lalu. Umumnya fobia terjadi secara
terus-menerus dan dalam waktu yang cukup lama. Fobia biasanya tidak
masuk akal dan dapat dikatakan ketakutan yang berlebihan terhadap
sesuatu hal. Menurut Darsono (2008) Fobia sekolah bukanlah bawaan anak
sejak lahir, juga bukanlah penyakit keturunan. Fobia biasanya disebabkan
oleh adanya pengalaman traumatik. Fobia merupakan tanggapan terkondisi
terhadap pengalaman yang sifatnya traumatis. Selain itu fobia juga
merupakan produk dari pola pengasuhan orangtua terhadap anak. Yang
menjadi penyebab terjadinya fobia sekolah adalah pola hubungan orangtua dan anak yang tidak sehat, sistem keluarga yang sering bertengkar, pengalaman negatif di sekolah, dan pengalaman abusive.
Dampak
fobia sekolah pada anak, anak akan merasa tertekan ketika akan
berangkat sekolah. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada psikologi
anak. Anak akan sulit berinteraksi dengan lingkungan sekolah yang
dikhawatirkan anak tidak dapat bersosialisasi pada lingkungan yang lebih
besar. Anak yang sering tidak berangkat sekolah tentu saja akan
berdampak pada prestasi akademik. Anak mengalami ketertinggalan materi
pembelajaran yang diberikan oleh guru yang membuat anak kesulitan ketika
akan menghadapi ujian. Hal yang terjadi adalah mungkin saja anak akan
tinggal kelas karena dianggap belum mampu melanjutkan ke tingkat
berikutnya. Dampak yang lebih besar adalah ketika fobia sekolah ini
tidak tertangani dengan baik, dan anak tetap merasakan tekanan dan
kecemasan yang besar pada dirinya. Yang terjadi anak mulai menyakiti
dirinya sendiri serta melakukan aksi bunuh diri yang menandakan anak
begitu frustasi pada keadaannya.
Jenis - Jenis Fobia Sekolah
Terdapat bermacam-macam jenis fobia sekolah yang terjadi pada anak. Umumnya
para ahli menyimpulkan bahwa terdapat empat jenis fobia sekolah yang
ditandai dengan penolakan masuk sekolah mulai dari yang ringan sampai
dengan yang berat, antara lain :
- Fobia sekolah tahap awal atau initial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak masuk sekolah yang tiba-tiba dan berlangsung kurang dari satu minggu. Penanganan yang cepat dari orang tua dapat segera menyembuhkan ketakutannya.
- Fobia sekolah yang lebih besar atau substantial school refusal behavior.Ini adalah perilaku menolak sekolah yang telah berlangsung lebih dari satu minggu. Untuk menyembuhkan ketakutannya, orang tua perlu bekerja lebih keras lagi dengan melibatkan guru kelas, konselor anak atau guru BP di sekolah tersebut. Kalau pada tahap ini ketakutan anak tidak diselesaikan, dikhawatirkan akan meningkat ke tahap berikutnya, yaitu tahap akut.
- Fobia sekolah tahap akut atau biasa disebut dengan istilah acute school refusal behavior. Ini adalah perilaku penolakan yang sudah berlangsung lebih lama lagi, yaitu dua minggu hingga satu tahun. Untuk menyembuhkannya, mungkin dibutuhkan beberapa kali terapi dan mungkin sudah membutuhkan bantuan seorang psikolog atau psikiater.
- Tingkat fobia yang paling berat adalah chronic school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak pergi ke sekolah yang sudah lebih dari setahun.
Faktor Penyebab
Dibawah ini ada beberapa penyebab Fobia sekolah yang biasa dilalami oleh anak-anak menurut para ahli :
- Separation Anxiety
Penyebabnya antara lain karena anak mengalami separation anxiety, yang pada
umumnya dialami anak usia balita (18-24 bulan). Bagi mereka, sekolah
berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu cukup lama. Anak terlalu
dependen dengan keluarga, terlalu terikat pada rumah. Mereka tak hanya
akan merasa rindu terhadap ayah ibu atau pun mainannya, tetapi juga
cemas menghadapi tantangan. Pemicu lainnya anak mengalami pengalaman
negatif di sekolah dan tekanan di dalam rumah, seperti ayah ibu sering
bertengkar sehingga menganggu konsentrasi belajar.
- Pengalaman Negatif di Sekolah atau Lingkungan
Yang
biasanya mencetuskan fobia sekolah ialah pengalaman traumatis yang
berhubungan dengan meninggalkan rumah atau yang berhubungan dengan
pengalaman pahit di sekolah.
Kemungkinan anak-anak malas masuk ke sekolah karena dirinya kesal,
takut dan malu setelah dicemooh dan diejek teman-temanya di sekolah.
Juga bisa saja karena persepsinya akan guru yang galak, apalagi bila ia
sudah merasa rendah diri maka aturan – aturan di sekolah yang terlalu
keras dibandingkan di rumah yang terlalu dimanja, dan sebagainya. Hal
tersebutlah yang membuat anak-anak mogok sekolah.
Atau,
ada hal lain, seperti mobil jemputan yang tidak nyaman karena ngebut,
perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah,
takut sekolah setelah mendengar cerita seram di sekolah, takut
menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang “menyeramkan” di
perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal, atau takut melewati
jalan yang sepi. Para ahli mengatakan, bahwa masalah-masalah tersebut
sudah dapat menimbulkan stress dan kecemasan yang membuat anak menjadi bad mood, tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah.
Tidak
semua anak bisa menceritakan ketakutannya itu karena mereka sendiri
terkadang masih sulit memahami, mengekspresikan dan memformulasikan
perasaannya. Belum lagi jika mereka takut dimarahi orang tua karena
dianggap alasannya itu mengada-ada dan tidak masuk akal. Akhirnya yang
tampak adalah mogok sekolah, agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan,
keluhan-keluhan fisik, dan tanda-tanda lain.
- Problem Dalam Keluarga
Hal
lain bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami oleh orangtua
dan keluarga secara keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar dan
bahkan melihat pertengkaran yang terjadi antara orang tuanya, hal ini
menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar. Anak
merasa ikut bertanggung jawab atas kesedihan yang dialami orang tuanya,
dan ingin melindungi, entah mamanya – atau papanya. Sakitnya salah
seorang anggota keluarga, entah orangtua atau kakak/adik, juga dapat
membuat anak enggan pergi ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu
dengan keluarganya yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.
Bentuk
ketakukan pada anak yang mengidap fobia sekolah bermacam-macam tetapi
intinya ialah menghindari berada di sekolah atau menolak pergi ke
sekolah. Alasan untuk menghindari juga bermacam-macam seperti misalnya:
- Menghindari sekolah dengan alasan sakit ( sakit kepala, sakit perut, mual, bahkan sampai muntah-muntah, sakit tenggorokan, dan sebagainya). Rasa sakit ini kadang-kadang suatu kenyataan, sebab gejala yang dirasakan itu merupakan reaksi yang biasa dirangsang oleh rasa takut.
- Menghindari sekolah dengan menjelek-jelekkan keadaan sekolah ( guru, pelajaran, kesulitan perjalanan sekolah, teman sekelas, teman-teman lain dan sebagainya)
- Menghindari sekolah dengan alasan takut, tetapi tidak jelas apa yang ditakuti.
Tanda-tanda ATAU GEJALA Fobia Sekolah
Berikut ini adalah tanda-tanda yang dialami anak-anak yang fobia sekolah :
- Menolak berangkat ke sekolah. Selalu mencari alasan untuk tidak sekolah
- Bersedia datang ke sekolah, tetapi tidak lama kemudian ingin pulang.
- Pergi ke sekolah sambil menangis, menempel terus dengan orang tua atau pengasuhnya, atau menunjukkan sikap rewel seperti menjerit-jerit di kelas, agresif dan kasar terhadap anak lainnya atau pun menunjukkan sikap-sikap melawan gurunya.
- Menunjukkan ekspresi wajah sedemikian rupa untuk meminta belas kasih agar diijinkan pulang – dan ini berlangsung selama periode tertentu.
- Tidak masuk sekolah selama beberapa hari.
- Keluhan fisik sering dijadikan alasan seperti sakit perut, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, gemetaran, keringatan, atau keluhan lainnya. Mereka berharap dengan alasan sakit, maka ia diperbolehkan tinggal di rumah.
- Keluhan lainnya di luar keluhan fisik dengan tujuan tidak usah berangkat ke sekolah.
- Merengek tanpa maksud yang jelas
- Mengoyak atau merobek buku dan pakaian
- Meminta tambahan uang jajan (Bisa jadi seseorang memaksa untuk membayar upeti setiaphari di sekolah)
- Sering kehilangan peralatan belajar di sekolah (seseorang mungkin merampasnya)
- Sukar tidur
- Tiba-tiba kehilangan selera makan atau Selera makan yang besar sepulang sekolah (Bisa jadi seseorang merampas makan siangnya)
- Tiba-tiba nilainya merosot
- Menjadi tertutup atau marah-marah di rumah tanpa alasan.
- Terbirit-birit ke kamar mandi (tanyakan mengapa, mungkin anak takut menggunakan toilet disekolah).
Yang perlu dilakukan untuk mengatasi fobia pada anak antara lain :
- Fakta paling penting yang harus diketahui orangtua menyangkut fobia sekolah adalah semakin cepat anak – anak bisa diyakinkan untuk kembali ke sekolah, maka akan baik pula nantinya bagi mereka.
- Untuk meyakinkan sang anak agar kembali besedia kembali ke sekolah, kita sering kali harus membantu sang anak memiliki sebentuk kendali terhadap keadaannya sendiri.
- Pembicaraan mengenai manfaat yang akan sang anak terima ketika menghadiri sekolah, bermain bersama teman, dan terlibat dalam aktivitas sekolah akan mampu membantu orangtua dalam meyakinkan seorang anak fobia sekolah.
- Terkadang keberadaan orangtua di rumah di pagi hari juga akan membantu sang anak merasa lebih aman. Demikian pula dengan pemberian foto orangtua, rumah, kakak, atau adik dan / atau binatang peliharaan yang bisa ia bawa ke sekolah.
- Orangtua harus mampu memberikan gagasan kepada anak – anak mereka bahwa mereka benar – benar mendukung sang anak untuk kembali ke sekolah.
- Bagi sebagian anak yang bersikap menantang, terapi dengan seorang ahli perawatan mental secara individu dan keluarga, dilengkapi dengan konseling orangtua bisa jadi dibutuhkan dan terbukti bisa sangat membantu.
- Terkadang pindah dari sekolah dan mengikuti pusat pendidikan yang dikhususkan bagi anak – anak fobia sekolah juga dibutuhkan.
- Medikasi, semisal anridepressant atau mild tranquilizer bisa juga bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Beberapa
anak mungkin memendam rasa takut yang berlebihan dalam menjalani
hari-harinya di sekolah. Akibatnya anak akan menderita, percaya diri
yang rendah dan depresi, nilai akademisnya berjalan melambat dan tidak sejalan dengan pertumbuhan fisiknya. Namun
terkadang pada beberapa anak, ketakutan tersebut dapat menjadi hal yang
irasional dan berdampak sangat besar pada keinginan anak untuk tidak
bersekolah. Fobia adalah ketakutan yang tidak masuk akal. Sedang fobia
sekolah adalah ketakutan yang luar biasa (di luar porposi yang umum)
untuk berada di sekolah. Fobia karena sekolah merupakan sebuah bentuk
kecemasan yang tinggi terhadap sekolah. Rasa takut anak pada umumnya sebagai respon untuk melindungi diri terhadap sesuatu hal.
Ada perbedaan antara kecemasan, ketakutan, dan fobia. Kecemasan atau khawatir merupakan akibat memikirkan objek atau sesuatu yang belum jelas atau belum terjadi. Ketakutan
adalah rasa takut yang dialami oleh anak yang merupakan respon negatif
terhadap objek maupun pengalaman yang dialami. Karakteristik anak yang
mengalami fobia sekolah biasanya sulit berinteraksi dengan orang lain,
tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak ingin berada lebih lama di
sekolah, selalu menangis dan hanya ingin selalu berada di rumah. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bahan ejekan oleh teman sekitarnya.
Dampak
fobia sekolah pada anak, anak akan merasa tertekan ketika akan
berangkat sekolah. Anak akan sulit berinteraksi dengan lingkungan
sekolah yang dikhawatirkan anak tidak dapat bersosialisasi pada
lingkungan yang lebih besar. Dampak yang lebih besar adalah ketika fobia
sekolah ini tidak tertangani dengan baik, dan anak tetap merasakan
tekanan dan kecemasan yang besar pada dirinya.Yang terjadi anak mulai
menyakiti dirinya sendiri serta melakukan aksi bunuh diri yang
menandakan anak begitu frustasi pada keadaannya.
Jenis dan tingkatan penolakan terhadap sekolah ialah: initial
school refusal behavior, substansial school refusal behavior, acute
school refusal behavior, chronic school refusal behavior. Dan faktor penyebab terjadinya fobia sekolah adalah Separation anxiety, pengalaman negative di sekolah, problem dalam keluarga, pola hubungan orang tua dan anak.
Tanda tanda atau gejala gangguan fobia sekolah pada anak, antara lain:
- Menolak berangkat sekolah
- Mau datang ke sekolah tetapi kemudian minta pulang
- Pergi ke sekolah dengan menangis, menempel terus pada orang tua, memberontak
- Menunjukkan raut wajah memelas, agar guru mengijinkan pulang dan ini berlangsung pada periode tertentu
- Tidak masuk sekolah selama beberapa hari
- Keluhan fisik ( sakit perut, pusing, dll)
- Mengemukakan keluhan lain dengan tujuan tidak berangkat sekolah
Penanganan yang dapat dilakukan orang tua secara garis besar ialah:
- Semakin cepat anak – anak bisa diyakinkan untuk kembali ke sekolah, maka akan baik pula nantinya bagi mereka.
- Menjelaskan manfaat yang akan anak terima ketika menghadiri sekolah,
- Terkadang keberadaan orangtua di rumah di pagi hari juga akan membantu sang anak merasa lebih aman.
- Bagi sebagian anak yang bersikap menantang, terapi dengan ahli perawatan mental secara individu dan keluarga dan partisipasi orang tua. Terkadang pindah dari sekolah dan mengikuti pusat pendidikan yang dikhususkan bagi anak – anak fobia sekolah juga dibutuhkan.
- Orang tua mendukung dan meyakinkan anak agar masuk sekolah
Lagu Anak-Anak PAUD
1. Gelang sipaku
gelang sipaku gelang
gelang sipaku gelang
gelang si rama rama
mari pulang
marilah pulang
marilah pulang
bersama-sama
mari pulang
marilah pulang
marilah pulang
bersama-sama
Sayonara sayonara
Sampai berjumpa pulang
Sayonara sayonara
Sampai berjumpa pulang
Buat apa susah Buat apa susah
Susah itu tak ada gunanya
2. Naik Delman
Pada Hari Minggu ku turut ayah ke kota
naik delman istimewa ku duduk di muka
Ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja
mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk-tik-tak-tik-tuk tik-tak-tik-tuk tik-tak-tik-tuk
Tuk-tik-tak-tik-tuk tik-tak suara s’patu kuda
3. Bunda Piara
Bila kuingat lelah ayah bunda
Bunda piara piara akan daku
sehingga aku besarlah
Waktuku kecil hidupku amatlah senang
senang dipangku dipangku dipeluknya
serta dicium dicium dimanjakan
namanya kesayangan
4. Kelinciku
Kelinciku kelinciku
Kau manis sekali
Melompat kian kemari
Sepanjang hari
Aku ingin menemani
Sepulang sekolah
Bersamamu lagi menari nari 2 x
5. Kring-kring ada sepeda
Kring kring kring ada sepeda
Sepedaku roda tiga
Kudapat dari Ayah
Karena rajin bekerja
6. Hentak kaki
Teriak hore
If your’re happy and you know
You clap your hands
If your’e happy and you know
You clap your hands
If you’re happy and you know
Your face will always show
If your’re happy and you know
You clap your hands
7. Satu-satu aku sayang ibu
Satu satu, aku sayang ibu!
Dua dua, juga sayang ayah!
Tiga tiga.. sayang adik kakak!
Satu-dua-tiga, sayang semuanya!
8. Soleram
Soleram soleram
Soleram anak yang manis
Anak manis janganlah dicium sayang
Kalau dicium merahlah pipinya
Anak manis janganlah dicium sayang
Kalau dicium merahlah pipinya
Satu dua tiga dan empat Lima enam tujuh delapan Kalau tuan punya kawan baru Kawan lama, dilupakan jangan.
9. Bangun Pagi
Satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan
siapa rajin kesekolah cari ilmu sampai dapat
sungguh senang, amat senang bangun pagi-pagi, sungguh senang..
10. Dua mata saya
Dua mata saya
hidung saya satu
dua kaki saya pakai sepatu baru
dua telinga saya yang kiri dan kanan
satu mulut tidak berhenti makan.
Kamis, 30 Mei 2013
TUGAS TERSTRUKTUR
MATA
KULIAH : MEDIA PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI
JUDUL
: PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN
EDUKATIF (APE) UNTUK ANAK USIA DINI
DOSEN
: Dra. Sukmawati. M,Pd
DISUSUN
OLEH KELOMPOK 8
Nama
:
v Desy Juliawati (101610228)
v Nursanti (101610255 )
FAKULTAS
ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI PG-PAUD
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dunia
anak adalah dunia bermain yang penuh keceriaan dan canda tawa. Keceriaan itu terlihat
di wajah anak-anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan dengan baik dari segi
kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Melalui aktivitas belajar yang di
kemas secara edukatif pada dasarnya anak-anak sedang belajar banyak tentang
permainan. Anak-anak yang sedang bermain pada hakekatnya sedang belajar tentang
banyak hal, setiap permainan yang disuguhkan di TK/PAUD memiliki sisi edukatif
tersendiri, tanpa disadari anak-anak telah belajar banyak hal dengan cara
bermain.
Sebagai
calon guru pada lembaga pendidikan anak usia dini hendaknya dibekali kemampuan
untuk membuat dan menciptakan karya yang orisinil berupa alat permainan
edukatif. Kemampuan tersebut diperlukan karena guru adalah sebagai pemegang
kendali dalam kegiatan pendidikan anak usia dini dan dengan alat permainan
edukatif yang memadailah pengembangan
aspek kemampuan anak usia dini akan cepat berkembang. Kesungguhan hati dan
imajinasi guru dalam menciptakan APE dengan menggunakan bahan yang ada di
lingkungan sekitar anak sangat di perlukan sehingga keterbatasan dana tidak lagi
menjadi kendala dalam berkarya cipta.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka rumusan makalah ini adalah :
1.
Bagaimanakah kita sebagai guru PAUD memberikan pengajaran dengan menggunakan
APE ?
2.
Bagaimanakah cara seorang guru mengembangkan diri dalam membuat atau
menciptakan suatu APE dengan sangat kreatif dan menarik ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan
suatu pengenalan APE pada anak usia dini.
2. Agar dapat membuat seorang guru
menjadi berkreatif dalam membuat suatu alat permainan edukatif secara sederhana.
3. Untuk memberikan suatu pemahaman
terhadap orang tua pentingnya suatu alat permainan bagi perkembangan aspek anak usia dini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pembuatan Alat Permainan
Edukatif (APE) Untuk Anak Usia Dini
Pembuatan
APE merupakan suatu kegiatan yang memerlukan bekal kemampuan yang
memadai. Bekal kemampuan yang dimaksudkan adalah
pengetahuan dan keterampilan
bagaimana melakukannya sesuai dengan
persyaratan-persyaratan tertentu sehingga alat
permainan edukatif yang dibuat betul-betul efektif
dalam mengembangkan aspek-aspek
perkembangan anak.
Sebelum membuat alat permainan edukatif, guru harus memperhatikan terlebih dulu
beberapa persyaratan pembuatannya. Persyaratan tersebut meliputi syarat
edukatif, syarat teknis dan syarat estetika. Adapun syarat-syarat APE adalah
sebagai berikut :
1.
Syarat edukatif
a.
Ape di buat disesuaikan dengan memperhatikan program kegiatan pendidikan
(program pendidikan yang berlaku)
b.
APE yang di buat disesuaikan dengan didaktik metodik yang artinya dapat
membantu keberhasilan kegiatan pendidik mendorong aktifitas dan kreativitas
anak sesuai dengan kemampuan (tahap perkembangan anak).
2.
Syarat Teknis
a.
APE di rancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana (tidak menimbulkan kesalahan
konsep) contohnya dalam membuat balok bangunan, ketepatan bentuk dan ukuran
yang akurat mutlak dipenuhi karena jika ukurannya tidak tepat akan menimbulkan
kesalahan konsep.
b.
APE hendaknya multi guna, walaupun ditujukan untuk tujuan tertentu tidak
menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan pengembangan yang lain.
c.
APE di buat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat dilingkungan sekitar,
murah atau dari bahan bekas/sisa.
d.
Aman (tidak mengandung unsure yang membahayakan anak misalnya tajam, beracun
dll).
e.
APE hendaknya awet, kuat dan tahan lama (tetap efektif walau cahaya berubah).
f.
Mudah dalam pemakaian, menambah kesenangan anak untuk bereksperimen dan
bereksplorasi.
g.
Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal.
3.
Syarat estetika
a.
Bentuk yang elastis, ringan (mudah di bawa anak)
b.
Keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)
c.
Warna (kombinasi warna) serasi dan menarik.
Prosedur pembuatan APE dapat
dilakukan oleh guru melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Guru mempelajari dan menguasai rencana program pendidikan terutama mengenai
kemampuan-kemampuan yang harus di capai oleh anak.
b)
Guru melakukan analisis program pendidikan dengan maksud mengetahui hubungan
antara kemampuan yang akan di capai anak dengan jenis kegiatan yang akan di
lakukan dan sarana yang diperlukan.
c)
Menginvestarisasi sarana (alat permainan) yang ada.
d)
Memeriksa kelengkapan alat menyangkut kelengkapan setiap jenis jenis dan jumlah
yang diperlukan.
e)
Memeriksa fungsi alat yang ada, apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak.
f)
Mengidentifikasi kebutuhan sarana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
g)
Merencanakan pembuatan APE
h)
Melaksanakan pembuatan APE
Langkah pembuatan rancangan APE anak
usia dini dapat dilihat dari pola sbb :
Dalam kenyataannya guru sering kali
belum dapat memilih alat permainan yang tersedia karena alat permainan kategori
APE ini mempunyai ciri-ciri tertentu. Kesulitan guru dalam memilih APE yang
sesuai bukan disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam memilih tetapi mungkin
juga karena perkembangan yang berbeda dengan anak usia 5 – 6 tahun sehingga APE
yang digunakan untuk menstimulasi perkembangan yang berbeda pula.
1.
Ciri – ciri perkembangan anak usia dini 4 – 5 tahun sbb :
a.
Naik turun tangga dengan kaki berganti-ganti, melompat tanpa jatuh dan berjalan
mundur
b.
Menggunting dengan mengikuti garis terputus, menggambar segi empat, segitiga, kubus,
bulatan dan menggabungkan menjadi gambar rumah, orang dll.
c.
Dapat memahami cerita panjang dan dapat menceritakan kembali walaupun tidak
berstruktur.
d.
Dapat menggabungkan perintah lisan kedalam kegiatan bermain.
e.
Dapat mengerti urutan kejadian atau peristiwa
f.
Berbicara tentang hubungan sebab akibat dengan menggunakan kata penghubung
g.
Lebih kritis dengan lingkungan sekitar dengan menanyakan apa, mengapa, kapan,
bagaimana, siapa.
h.
Bermain dengan kata-kata misalnya membuat pantun sederhana
i.
Menghitung 1-10 dan penjumlahan sampai dengan 10 tanpa salah
j.
Memakai dan mengikat tali sepatu sendiri
k.
Memotong makanan atau daun-daun untuk main masak-masakan.
l.
Bermain, berinteraksi dengan anak lain dan telah menaruh perhatian terhadap
lawan jenisnya.
Stimulasi
yang dapat diberikan kepada anak diantaranya :
a.
Alat permainan yang memberikan pengalaman baru.
contohnya : jenis APE botol aroma
b. Bermain peran sebagai ibu atau bapak.
contohnya
: jenis APE telepon gelas
c. Permainan yang bersifat bongkar pasang
contohnya
: jenis APE puzzel besar tema binatang
Berikut
ini petunjuk pembuatan beberapa jenis APE untuk anak usia dini, usia 4-5 tahun,
yaitu botol aroma, telepon gelas dan puzzel binatang.
a.
Pembuatan botol aroma
Botol-btol aroma disenangi anak-anak usia
4-5 tahun. Adapun jenis aroma yang dapat digunakan adalah aroma sabun, kapur
barus, kulit jeruk, cengkih, kopi dll.
·
Bahan :
a.
Botol plastik lebih aman (yakult/vitacham)
b.
Kain kasa untuk menutup mulut botol
c.
Bila botol tembus pandang sebaiknya ditutup dengan kain katun atau benang wol
d.
Lem uhu
e.
Botol boleh dibentuk sesuka hati sesuai dengan selera anak
f.
Bahan lainnya sesuai dengan desain yang dibuat (kain perca, pita, renda dll)
·
Cara membuat :
a.
Membuat sketsa lebih dahulu sesuaikan dengan bentuk yang dikehendaki
b.Siapkan
beberapa buah botol plastik, setiap botol diisi satu jenis aroma yang berbeda
satu sama lain.
c.
Tutup masing-masing botol dengan kain kasa
d.
Botol tembus pandang ditutup dengan kain atau benang wol dikreasikan sesuai
dengan desain yang dikehendaki.
Gambar
botol aroma
b.
Telepon gelas
Telepon gelas merupakan alat permainan
edukatif untuk melatih anak belajar berkomunikasi dan membantu memperkaya
perbendaharaan kata anak. Alat ini sangat digemari anak usia 3-5tahun. Alat
permainan edukatif ini dapat dimainkan oleh dua orang anak.
·
Bahan :
a.
Gelas plastik 2 buah
b.
Benar kasur 150 cm
c.
2 buah kancing kemeja lubang
d.
Cat yang aman (sesuai dengan selera anak)
·
Cara membuat :
a.
Lubangi dasar gelas untuk memasuki benang kasur
b.
Kaitkan benang kasur pada kancing kemeja lubang dengan simpul mati
c.
Lakukan hal yang sama pada gelas kedua pada ujung benang yang berbeda.
c.
Puzzel binatang
Puzzel yang akan di buat adalah puzzel
untuk anak usia dini usia 4-5 tahun untuk melatih daya pengamatan dan
konsentrasi, mengenal bentuk serta melatih keterampilan jari-jari.
Bahan :
a. Triplek atau kayu yang ringan
berukuran 18x24 cm terdiri dari 2 bagian dengan ukuran yang sama.
b. Cat kayu aneka warna sesuai
keinginan.
c. Kuas untuk mengecat.
d. Lem kayu
Cara membuat :
a. 2 buah triplek dengan ukuran yang
sama, satu bagian dibuat lukisan binatang, misalnya seekor bebek yang sedang
berenang atau gambar lainnya.
b. Gambar di potong menjadi 10-12 keping
c. Sebelum di potong gambar terlebih
dahulu di cat
d. Bagian lain direkat menggunakan lem
kayu.
e. Sebelum di cat sebaiknya tumpulkan dahulu
bagian-bagian yang runcing dengan menggunakan amplas.
·
Sarana dalam pembuatan
Puzzel dapat di
potong dengan mengikuti model potongan lurus, model potongan melengkung, model
potongan geometris, potongan menurut bagian dll.
2.
Ciri-ciri perkembangan anak usia 5-6 tahun
a.
Mulai tumbuh rasa percaya diri dan merasa mampu mengerjakan sesuatu.
b.
Minat dan motivasi belajar semakin meningkat.
c.
Rasa bertanggung jawab semakin besar.
d.
Senang mengunjungi rumah temannya.
e.
Lebih mandiri.
f.
Rasa humornya semakin berkembang.
g.
Senang bermain dengan gambar
h.
Senang bermain dengan huruf
i.
Mengenal banyak warna
j.
Dapat membedakan bentuk, pendapat yang benar dan salah
k.
Memiliki kosa kata lebih dari 2000 kata
l.
Mulai menggabungkan dari fantasi ke realitas
m.
Mampu menggunakan kata sulit.
Stimulasi yang dapat di berikan
diantaranya :
a.
Permainan yang melatih kemandirian
contoh jenis APE kantong keterampilan
tangan
b.
Menceritakan dongeng anak-anak
contoh jenis APE boneka tangan
c.
Permainan yang membutuhkan persaingan
contoh jenis APE bola suara
Berikut
ini petunjuk pembuatan alat permainan edukatif untuk anak TK usia 5-6 tahun
yaitu kantong keterampilan, boneka tangan dan bola suara.
a.
Kantong keterampilan tangan
Kantong ini dimainkan oleh usia 5-6 tahun
terbuat dari kain katun yang dibentuk sedemikan rupa sederhana tapi menarik
untuk anak. Satu set kantong ini terdiri dari 7 macam yaitu :
1)
kantong yang ditutup dengan resluiting.
2)
kantong yang di tutup dengan kancing tekan.
3)
kantong yang ditutup dengan tali sepatu.
4)
kantong yang ditutup dengan kantong lobang.
5)
kantong yang ditutup dengan kancing kait besar
6)
kantong yang ditutup dengan kancing kain kecil.
7)
kantong yang diisi dengan dakron atau kapas.
Tujuannya untuk melatih keterampilan tangan
dan belajar bekerja secara mandiri dengan kedua belah tangannya.
·
Bahan :
a.
Kain katun secukupnya
b.
Resluiting ukuran 20 cm
c.
Tali sepatu panjang 75 cm
d.
4 buah kancing lubang
e.
4 buah kancing tekan
f.
4 buah kancing kait besar
g.
4 buah kancing kait kecil
h.
Dakron secukupnya
i.
Jarum dan benang jahit
k.
Gunting
·
Cara membuat :
a.
Buatlah desain berdasarkan urutan dengan ukuran kantong terluas lebih besar
dari yang di dalamnya begitu seterusnya.
b.
Ukuran kantong disesuaikan dengan panjang resluiting yang akan dipasang
c.
Desainlah kantong dengan bentuk yang menarik
d.
Lakukan proses pemasangan resluiting, kancing dll dengan menggunakan mesin
jahit atau dijahit dengan tangan.
b.
Boneka jari
Boneka jari dibuat dari kain yang tidak
bertiras dengan bentuk disesuaikan dengan figure cerita. Satu narasi cerita
dapat dibuat 10 boneka.
·
Bahan :
a.
Kain warna-warni
b.
Gunting
c.
Jarum
d.
Benang sulam
·
Cara membuat :
a.
Buatlah desain sesuai tokoh cerita. Potong kain ukuran 4-6 cm
b.
penyelesaian boneka dengan tusuk festoon.
Gambar boneka
jari
3.
Pembuatan bola suara
Bola suara terbuat dari potongan kain
perca diisi dengan dakron. Bola ini aman jika dimainkan anak usia dini karena
lentur, lembut dan empuk, didalamnya diisi dengan bunyi-bunyian dari kaleng
bekas permen yang diisi kerikil atau batu kecil.
·
Bahan :
a. Kain perca
b. Dakron
c. Kaleng bekas permen
diisi dengan kerikil
d. Gunting
e. Benang
f. Jarum
·
Cara membuat :
a. Buat pola bola
dengan menggunting kain dibentuk segi lima dengan panjang 5 cm disisakan 0,5 cm
untuk jahitan, banyaknya guntingan 13 buah atau disesuaikan dengan kebutuhan.
b. Kain dijahit sesuai
pola dan warna
c. Diisi dengan dakron,
tengah bola disimpan kaleng (kerincingan) dan diselimuti dakron.
d. Bola diselesaikan
sampai kain habis dan membentuk bulatan (bola)
Gambar bola suara
B. Penggunaan Alat Permainan
Edukatif (APE) Untuk Anak Usia Dini
Dalam
rangka usaha mencapai hasil pendidikan yang baaik, alat permainan edukatif
untuk anak usia dini merupakan saranan pendidikan yang memegang peranan sangat
penting. Lembaga pendidikan anak usia dini tanpa alat permainan edukatif yang
memadai tidak bisa berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang baik. Alat
permainan edukatif yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini akan memberikan
perasaan senang dan aman serta merangsang anak untuk melakukan kegiatan
sehingga anak betah di lembaga pendidikan anak usia dini.
a) Adapun
APE berfungsi sebagai : alat untuk membantu dan mendukung proses pendidikan
anak usia dini lebih baik, menarik dan jelas.
b) mengembangkan
seluruh aspek perkembangan anak
c) memberi
kesempatan pada anak untuk memperoleh pengetahuan baru dan memperkaya
pengalamannya dengan berbagai alat permainan.
d) memberi
kesempatan pada anak untuk mengenal lingkungan dan mengajarkan pada anak untuk
mengetahui kekuatan dirinya.
Pengelolaan APE di lembaga PAUD
sebagian besar ditangani oleh guru baik meliputi pengadaan, pemeliharaan dan
penggunaannya. Sebagai langkah awal untuk menggunakan APE untuk anak lebih
dahulu guru harus memilih alat permainan yang tepat untuk anak, yaitu melakukan
pemilihan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Memilih
alat permainan yang tidak berbahaya bagi anak atau alat permainan yang dapat
merangsang kreativitas anak seperti pedang-pedangan atau pistol-pistolan.
b. Pilihan
bukan berdasarkan pilihan guru tetapi berdasarkan minat anak ketika bermain
terhadap mainan tersebut.
c. Alat
permainan sebaiknya bervariasi sehingga anak dapat bereksplorasi dengan
berbagai macam alat permainan akan tetapi tidak terlalu banyak karena akan
membingungkan anak.
d. Tingkat
kesulitan sebaiknya disesuaikan dengan rentang usia anak yaitu 4-5 tahun
kelompok A dan 5-6 tahun kelompok B.
e. Alat
permainan tidak terlalu rapuh
f. Tidak
memilih alat permainan berdasarkan urutan usia karena ada anak yang lambat
perkembangannya dari anak-anak seusianya atau sebaliknya maka yang menjadi
dasar pemilihan alat permainan lebih pada perkembangan fisik dan mental anak
secara individual.
Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan guru
dalam penggunaan APE untuk AUD adalah :
1.
Guru hendaknya memberikan kebebasan
sebanyak mungkin pada anak untuk berekspresi menggunakan berbagai APE
2.
Merencanakan waktu, mengatur tempat dan
menyajikan beraneka APE sedemikian rupa sehingga merangsang anak untuk
melakukan kegiatan permainan yang sifatnya kreatif.
3.
Memberikan rangsangan dan bimbingan
kepada anak-anak usia dini untuk menemukan teknik dan cara-cara yang baik dalam
melakukan kegiatan dengan bermacam-macam APE
4.
Memupuk keberanian anak dalam mencipta
dan menghindarkan petunjuk-petunjuk yang dapat mengurangi keberanian dan
perkembangan anak.
5.
Memberikan bimbingan dan pembinaan
sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangan anak (tingkatan-tingkatan
perkembangan anak dalam menggunakan APE)
6.
Memberikan bimbingan dan pembinaan
sesuai dengan kemampuan petunjuk-petunjuk yang dapat memupuk keberanian dan
perkembangan anak.
7.
Memberikan rasa gembira pada anak.
8.
Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap
pelaksanaan kegiatan bermain menggunakan APE ini
Pada waktu pelaksanaan guru memperoleh kesempatan
yang sebaik-baiknya untuk melihat minat dan bakat anak masing-masing sehingga
bimbingan dan pembinaan dapat diberikan secara individual, tepat guna, sesuai
dengan minat, bakat dan kemampuan anak. Praktek penggunaan APE dimungkinkan
bervariasi asalkan selalu diingat prinsip penggunaan APE secara lengkap karena
itu sampai diharapkan daya kreatif guru untuk menciptakan dan menggunakan APE
sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing serta ciri-ciri
perkembangan AUD.
Berikut
ini beberapa petunjuk penggunaan APE untuk anak usia dini yaitu :
1.
Balok Cruissenaeri dan kartu angka
(Lambang Bilangan)
a.
Alat yang dibutuhkan :
balok-balok
Cruissenaeri berjumlah 10 potong yang sudah dimodifikasi, dicat warna merah dan
biru, kartu lambing bilangan 1 s.d 10
b.
Fungsi/kegunaannya :
1)
Mengembangkan motorik halus
2)
Melatih ketelitian
3)
Mengembangkan kecerdasan anak
4)
Melatih kemampuan matematika dasar, berhitung, penjumlahan dan pengurangan.
c.
Langkah-langkah penggunaannya :
1)
Memperkenalkan alat
2)
Tempatkan balok dengan ukuran terkcil dan kartu no 1 di sampingnya dan katakana
“dua”
3)
Tempatkan balok yang kedua dan kartu no 2 secara parallel setelah no 1 dan
katakana “dua” kemudian tunjukkan kartu bilangan 2
4)
Lanjtkan dengan cara menunjukkan pada masing-masing bagian bawah “dua” adalah
lebih besar daripada satu.
5)
Bila prosedur ini telah selesai dan kesepuluh balok telah dikeluarkan dan kartu
angka bilangan sudah ditempatkan sesuai dengan jumlah balok maka langkah lebih
lanjut adalah memperkenalkan hubungan angka dengan kuantitasnya.
6)
Bila anak sudah mengenal angka dan kuantitasnya gunakan balok-balok dan angka
untuk mengajar tambahan
7)
Tunjukkan pada anak bagaimana 9+1=10, 8+2=10, 7+3 =10 dsb.
8)
Lanjutkan dengan cara seperti ini untuk menunjukkan pada anak kombinasi
tambahan yang lain. Kemudian baliklah metode yang sama dan ajarkan pengurangan.
2.
Puzzel (Permainan Letak)
a.
Alat yang dibutuhkan :
legpuzzel (puzzel besar) gambar binatang,
bebek, kucing dll
b.
Fungsi
1)
mengenalkan bentuk-bentuk yang tak beraturan
2)
melatih analisa-sinteasa atau menguraikan dan menyatukan kembali pada bentuk semula.
3)
melatih motorik halus.
c.
Langkah-langkah penggunaan :
1)
Memperlihatkan gambar legpuzzel sebagai kesatuan lalu mengeluarkan gambar-gambar
tersebut menjadi bagian-bagian
2)
menyusun kembali gambar itu disesuaikan dengan lekuk-lekuk yang sudah ada
dipapan dasar.
3)
mengajak anak untuk mencoba menyusun legpuzzel.
4)
member kesempatan pada anak untuk menyusun legpuzzel sendiri. Jika anak menemui
kesulitan dalam menyusun kembali maka bantuan yang didapat diberikan oleh guru
adalah mendorong anak untuk memperhatikan secara teliti lekuk-lekuknya sehingga
ditemukan bagian atau potongan yang tepat untuk dipasangkan pada papan dasar.
3.
Kantong keterampilan tangan
a.
Alat
1 set alat kantong keterampilan tangan
b.
Fungsi :
1)
mengembangkan motorik halus
2)
melatih ketelitian anak
3)
melatih kemandirian anak
4)
melatih koordinasi mata anak, pikiran dan gerakan
c.
Langkah-langkah penggunaan :
1)
memperkenalkan alat
2)
memberi contoh cara menggunakan masing-masing kantong yaitu menarik resluiting,
memasang atau menekan kancing tekan, menalikan tali sepatu, mengancingkan
kancing lubang dst.
3)
member kesempatan kepada anak untuk mencoba mengancingkan kantong yang telah
dibuka oleh guru.
4)
memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan sendiri permainan ini jika anak
mengalami kesulitan guru membimbing anak dan mendorong anak melakukan secara
mandiri.
4.
Botol Aroma
a.
Alat :
4
pasang botol yang berisi aroma kering yang berbeda.
b.
Fungsi :
1)
mengembangkan indera penciuman
2)
membuat anak memahami perbedaan dan menyukai aroma
c.
Langkah-langkah penggunaan :
1)
bawa dan letakkan botol ke meja anak
2)
kemudia suruh anak mencium aroma dalam botol dan tunjukkan pada anak bagaimana
memasangkan botol berdasarkan baunya.
5.
Boneka Jari
a.
Alat :
1)
10 buah boneka jari sesuai dengan tokoh/alur cerita
2)
cerita fantasi tentang kehidupan sehari-hari, tokoh masyarakat, pahlawan,
moral/agama dll.
b.
Fungsi :
1)
mengembangkan aspek bahasa anak
2)
mengembangkan aspek moral/menanamkan nilai-nilai kehidupan pada anak.
3)
daya fantasi
c.
Langkah-langkah penggunaan :
1)
sebagai pendahuluan, guru menyebutkan judul cerita untuk menarik minat anak.
2)
guru memasang sejumlah jarinya dengan boneka jari
6.
Boneka Tangan
a.
Alat :
1)
2 buah boneka tangan sesuai dengan tokoh/alur cerita
2)
cerita fantasi tentang kehidupan sehari-hari, tokoh masyarakat dan pahlawan.
b.
Fungsi :
1)
mengembangkan aspek bahasa
2)
mengembangkan daya fantasi
c.
Langkah-langkah :
1)
mengenalkan boneka-boneka dan bagian-bagiannya sesuai peran/cerita
2)
mengenalkan cara-cara memegang/memainkan
boneka-boneka dimainkan dengan menggunakan tangan yang dimasukkan kedalam baju
boneka.
3)
boneka dimainkan dengan dialog dari guru
4)
dapat juga dibantu dengan panggung boneka sehingga yang memainkan tidak
kelihatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai
seorang guru pendidikan anak usia dini haruslah mempunyai suatu bekal kemampuan
dalam menciptakan karya suatu alat permainan edukatif yang kreatif yang
betul-betul dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan pada anak usia dini.
Sebelum membuat suatu alat permainan
eduktif seorang guru harus benar-benar memahami syarat-syarat dalam
pembuatannya yang meliputi syarat edukatif, syarat teknis dan syarat estetik
agar dalam pembuatannya akan sangat membantu pencapaian tujuan-tujuan yang
terdapat di dalam program pendidikan yang telah disusun. Sehingga dapat
membantu keberhasilan kegiatan pendidikan, mendorong aktifitas dan kreatifitas
anak dan sesuai dengan kemampuan (tahap perkembangan anak).
B. Saran
Sebagai seorang guru pendidikan
anak usia dini haruslah mampu mempunyai potensi dalam berkreativitas
menciptakan suatu karya berupa alat permainan edukatif serta dapat
mengembangkan dirinya, agar anak didik tidak merasakan kebosanan dalam
permainan yang diberikan oleh guru, dengan mengolah barang bekas menjadi suatu
alat permainan yang menarik bagi anak, agar anak dapat berkreatif, berimajinasi
dan berkolaborasi dalam menggunakan suatu alat permainan edukatif tersebut.
Dengan begitu dapat mengasah kemampuan aspek-aspek perkembangan dalam diri
anak.
Langganan:
Postingan (Atom)