Blog's Desy Juliawati
I LOVE YOU FOREVER MOMY AND DADDY :)
Sabtu, 13 Juli 2013
Kamis, 04 Juli 2013
Metode Pengasuhan Yang Baik Untuk Anak
Setiap orang tua pasti ingin memiliki
ikatan emosional yang kuat dengan buah hatinya. Mereka juga selalu
berusaha untuk mengembangkan gaya pengasuhan anak yang tentunya sesuai
dengan nilai-nilai yang mereka anut. Karena bagaimana pun, cara mengasuh
anak sangat menentukan kepribadian kelak ketika mereka dewasa.
Setiap orang tua memiliki metode
pengasuhan yang berbeda bagi anak-anaknya. Ada yang mendidik dengan
disiplin keras, ada juga yang sangat memanjakan. Penelitian menunjukkan
bahwa kasih sayang yang diberikan sejak dini kepada bayi penting dalam
perkembangan kepribadian dan kecerdasannya.
Selama beberapa puluh tahun terakhir,
banyak penelitian yang menyarankan bahwa pengalaman pada awal kehidupan,
bahkan sebelum kelahiran, dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian
serta kesehatan fisik dan mental.
Penelitian yang dipimpin oleh profesor
psikologi dari Universitas Notre Dame, Darcia Narvaez, menegaskan bahwa
anak-anak yang banyak mendapat sentuhan kasih sayang selama masa bayinya
tumbuh menjadi lebih ramah, lebih cerdas dan lebih peduli kepada orang
lain.
Prof Narvaez membandingkan praktik
pengasuhan anak di AS dan Cina. Ia juga memaparkan penelitiannya yang
melibatkan sejumlah besar anak-anak dari ibu remaja yang ikut serta
dalam proyek pencegahan kekerasan pada anak. Ia kemudian membandingkan
hasil dari berbagai jenis praktik pengasuhan anak sejak dini.
Ketiga penelitian yang dilakukan Prof
Narvaez menyimpulkan hal yang sama: anak-anak yang diberikan kasih
sayang sejak dini pada awal kehidupannya mendapat manfaat yang besar.
Para peneliti menemukan bahwa anak-anak yang lebih didukung oleh
orangtuanya, yang tangisannya cepat ditanggapi orangtua dan ditekankan
berdisiplin tanpa hukuman fisik tumbuh menjadi orang yang lebih
berempati dan bisa memahami perasaan orang lain.
“Meskipun terdapat beberapa perbedaan
antara praktik pengasuhan di Amerika dan Cina, kami menemukan sebagian
besar kesimpulannya serupa,” kata Prof Narvaez seperti dilansir Time
Healthland.
Dalam lingkungan awal kehidupan manusia,
seorang anak tidak bisa tidur lebih dari jangkauan lengan dari orangtua
atau pengasuhnya. Tidur sendirian dapat meyebabkan bayi menjadi stres
karena merasa lingkungannya tidak aman.
“Apa yang kami pelajari adalah mengenai
responsivitas, yaitu mengacu pada cara orangtua merespons bayi dan
bertindak dengan tepat. Misalnya, melihat bayi menangis dan bereaksi
terhadap apa yang diinginkan bayi. Responsivitas terkait dengan
perkembangan moral. Ini membantu mendorong perkembangan kepribadian,
perkembangan empati sejak dini dan perilaku prososial yang lebih besar,”
kata Prof Narvaez.
Hal Yang Harus Dihindari Dalam Mendidik Anak
Anak sebagai investasi bangsa yang utama
seringkali hanya sebatas slogan semata. Lingkungan kondusif yang
merupakan prasyarat untuk mencapai tujuan tersebut tampaknya belum
sepenuhnya tercipta.
Apa yang akan terjadi jika anak
dibesarkan dalam kondisi yang dipenuhi dengan kekerasan? Tentu, ia akan
mengadopsi cara-cara yang sering ia lihat ke dalam kehidupannya kelak.
Meski tak selalu, lingkungan memang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan anak selanjutnya, termasuk bagaimana orang tua mendidik
mereka.
Anak yang dibesarkan dalam situasi
keluarga yang nyaman tentu berbeda dengan anak yang selalu diberi
hukuman fisik oleh orang tuanya. Sayangnya, tak sedikit orang tua yang
tidak tahu bagaimana cara memberikan lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan optimal anak. Akibatnya, anak pun tumbuh tidak sebagaimana
yang diharapkan.
10 hal yang harus dihindari dalam mendidik anak :
1. Terlalu lemah
Misalnya, selalu memenuhi semua permintaan anak. Anak tidak diajar untuk
mengenal hak dan kewajiban. Akibatnya, anak menjadi terlalu penuntut,
impulsif (gampang melakukan tindakan tanpa perhitungan), egois, dan
tidak memperhatikan kepentingan orang lain.
2. Terlalu menekan
Misalnya, orang tua terlalu mengatur dan mengarahkan anak, tanpa
memperhatikan hak anak untuk menentukan keinginannya sendiri, atau untuk
mengembangkan minat dan kegiatan yang ia inginkan. Akibatnya, anak akan
menjadi lamban, selalu bekerja sesuai perintah, tidak memiliki
pendirian, dan suka melawan.
3. Perfeksionis Orang
tua menuntut anak untuk menunjukkan kematangan sikap atau target
tertentu yang umumnya melebihi kemampuan yang wajarnya dimiliki anak.
Akibatnya, anak akan terobsesi untuk meraih prestasi yang diharapkan
orang tuanya. Ia juga akan menjadi terlalu keras dan kritis terhadap
dirinya sendiri.
4. Tidak memberi
perhatian Orang tua hanya menyediakan sedikit waktu untuk memperhatikan
setiap perkembangan anak, atau membantu anak menempuh tahap demi tahap
perkembangannya. Akibatnya, anak tak mampu membina hubungan dengan
lingkungannya dan akan tumbuh menjadi anak yang impulsif.
5. Terlalu cemas akan
kesehatannya Orang tua terlalu berlebihan mencemaskan kondisi fisik
anak. Padahal, secara obyektif, anak sehat. Sakit sedikit saja, orang
tua cemasnya minta ampun. Akibatnya, anak akan mudah merasa tak sehat
dan ikut merasakan kecemasan yang sama. Enggan bermain, takut jatuh, dan
sebagainya.
6. Terlalu memanjakan
Misalnya, terus-menerus menghujani anak dengan barang-barang mahal atau
memberikan pelayanan istimewa, tanpa mempertimbangkan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan anak. Akibatnya, anak bisa menjadi anak yang
gampang bosan, kurang inisiatif, dan tak memiliki daya juang.
7. Tidak pernah
memberi kepercayaan Orang tua selalu meramalkan kesalahan yang belum
tentu dilakukan anak. Orang tua juga selalu mengritik anak, bahkan untuk
hal-hal yang seharusnya tak perlu kritikan. “Kamu, sih, nanti kalau
jatuh, bagaimana?” Akibatnya, anak akan menjadi seorang yang pesimis,
rendah diri, dan cenderung mengembangkan hal-hal yang selalu dilarang
orang tua.
8. Menolak kehadiran
anak Misalnya, jenis kelamin anak tak sesuai dengan harapan orang tua,
sehingga orang tua cenderung menolak menjadikan anak sebagai bagian dari
keluarga. Akibatnya, semua tindakan yang dilakukan orang tua selalu
merugikan anak. Anak bisa rendah diri dan menunjukkan sikap bermusuhan
terhadap orang tua.
9. Suka menghukum
Orang tua bersikap agresif terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan
anak, dan cenderung memilih memberikan hukuman fisik dengan alasan
mengajarkan disiplin. Bisa-bisa anak akan menganggap kekerasan sebagai
sesuatu yang wajar dilakukan dan akan melakukan hal yang sama terhadap
keluarganya kelak.
10. Suka menggoda
Orang tua cenderung melecehkan keberadaan anak dengan sering
mengolok-olok dan mengungkapkan kekurangan anak di depan orang banyak.
Akibatnya, anak akan merasa tidak dihargai dan rendah diri.
Memperhatikan Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Seorang anak bukan merupakan orang dewasa
dalam bentuk kecil, karena ia mempunyai sifat berlainan dari orang
dewasa. Ia harus tumbuh dan berkembang sampai dewasa agar dapat berguna
bagi masyarakat. Walaupun pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut
norma-norma tertentu, seorang anak dalam banyak hal bergantung kepada
orang dewasa, misalnya mengenai makan, perawatan, bimbingan, perasaan
aman, pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua orang
yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang
sedang tumbuh dan berkembang, misalnya keperluan dan lingkungan anak
pada waktu tertentu agar anak dapat tumbuh dan berkembang
sebaik-baiknya.
Memperhatikan tumbuh kembang anak di masa
pertumbuhan adalah salah satu hal yang dinanti semua orang tua. Pada
masa ini anak akan sangat dekat dengan orang tuanya, dan anda sebagai
orang tua pun tidak ingin menghilangkan kesempatan ini tentunya. Bahkan
banyak orang tua yang merelakan untuk tidak terlalu focus pada
kerjaannya demi menikmati kebersamaan dengan si buah hati.
Tumbuh Kembang Anak sangat penting untuk
di damping karena pada masa perkembangan ini ia banyak sekali ingin
mencoba hal-hal baru yang belum ia tahu. Untuk itu tugas orang tua
adalah memberikan arahan dan memberi tahu mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh.
Amati Tumbuh Kembang Anak.
Keberhasilan pada fase tumbuh kembang
anak sangat bergantun pada peran orang tua. Apakah anda sebagai orang
tua sudah siap? Menjadi orang tua yang siap untuk mengedukasi anak
sebaiknya jangan sembarangan, anda mungkin perlu membaca buku untuk
menjadi ayah/ ibu yang baik.
Kita tahu saat ini informasi yang masuk
pada anak di media seperti televisi seperti tanpa saringan orang tua
terkadang khawatir terhadap tayangan-tayangan yang di muat dalam
program. Karena bagaimna pun sikap anak di pengaruhi dari apa yang ada
di sekitarnya, di lihatnya atau di dengarnya.
Tumbuh kembang anak yang negatif sangat
tidak baik bagi masa depannya ketika ia mulai beranjak dewasa, tentu
anda tidak ingin jika anak-anak anda terjerumus pada hal yang tidak
baik. Memang peran orang tua terhadap tumbuh kembang anak sangat di
butuhkan bukan hanya pada usia 0-10 tahun tapi hingga ia menikah juga
masih harus tetap dalam perhatian orang tua.
Ternyata tumbuh kembang anak sangat
penting, hingga usianya dewasa. Karena anak merupakan salah satu penerus
generasi yang bisa membaikan atau memperbaiki dari generasi sebelumnya.
Maka untuk itu orang tua harus memberikannya yang terbaik dari segi
pendidikan, makanan dan banyak hal lainnya. Tumbuh kembang anak saat ini
di seluruh dunia tengah menjadi sorotan dari para pelindung anak atau
komnas HAM di Indonesia, karena terkadang ada orang tua yang tidak
memberikan sesuatunya (perhatiannya) secara maksimal.
♥ DOA DAN SETIA ^^..
♥ DOA DAN SETIA ♥
Sering ku bertanya
Bahagiakah hati ini,,,
Sering aku bermimpi
Tentang hidup yg damai.....
Disaat kuterjaga
yang ku dapat hanyalah hampa,,
Disaat aku berimajinasi,,
Kusadari itU hanya mimpi...
Tak ingin ada yg terluka bila hati mulai mendua,,,
Kulayangkan "Doa dan Setia"
Berbahagialah sayang,,,
Aku masih tetap disini untuk Setia..........
Tuhan Sama,, Kita yang Berbeda
BEDA KEYAKINAN
Dalam kesendirian,,
Aku mengingatmu bermain dalam pikiranku.
Dalam keramaian,,
Kulihat wajah serupa kau
Mempermainkan imajinasiku.
Aku tau kau juga begitu,
Kita begitu jauh melakukan hubungan yang kelewat jauh.
Kita tak akan utuh
Tak akan menyatu
Kita tau, mencoba berusaha sekuat kita.
Cinta menciptakan 2 kutub
Saling mengikuti satu sama lain
Atau bertolak belakang membangkang.
Kalian yang diluar sana
Dapatkah memberikan arti Untuk kisah cinta beda agama?
Aku dan dia
kenalan dari Chatting
Lalu telpon dan sms tiap hari
Mengetahui kami berbeda keyakinan
Tapi nekat menjalin Cinta,,
3 tahun akhirnya..
Kami saling menyalahkan sebentar kembali damai, kadang cemburu, menangis dan tertawa bersama.
Tak ada yang salah kami hanya berbeda Agama.
Aku tak berani
Kau tak bernyali
Kau memaki
Aku mencaci
Kita berpisah untuk berhenti saling menyakiti.
Selalu menginginkan aku mati
Dengan begitu tak ada memiliki aku.
Tapi cinta kita mati
Mati bersama jalan hidup kita..
Marcell mengatakan dalam lagu *Peri Cintaku*::
''Tuhan sama, Kita yang berbeda"
Kekuatan pada Cinta Beda Agama? Kamu Percaya Itu?
Gue memberi beberapa nasihat sebagai teman. Tapi tetap saja gue memikirkannya. Apakah cinta beda agama itu kekal? Apakah selalu gagal? Atau ada juga yang berhasil?
Seperti banyak film: CIN(T)A, Cinta Tapi Beda, dll.
Di artikel ini gue akan membahas pernikahan beda agama dari beberapa sudut pandang, Islam, Katolik, Kristen, dan menurut hukum UU negara.
Mari pertama kita berbicara dalam sudut pandang agama mayoritas terbanyak di indonesia. Islam.
Bolehkah menurut hukum Islam seorang Muslim, baik pria maupun wanita menikah dengan orang yang berbeda agama? Masalah perkawinan beda agama telah mendapat perhatian serius para ulama di Tanah Air. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional II pada 1980 telah menetapkan fatwa tentang pernikahan beda agama. MUI menetapkan dua keputusan terkait pernikahan beda agama ini:
Pertama, para ulama di Tanah Air memutuskan bahwa perkawinan wanita Muslim dengan laki-laki non-Muslim hukumnya haram. Kedua, seorang laki-laki Muslim diharamkan mengawini wanita bukan Muslim. Perkawinan antara laki-laki Muslim dengan wanita ahlul kitab memang terdapat perbedaan pendapat. “Setelah mempertimbangkan bahwa mafsadatnya lebih besar dari maslahatnya, MUI memfatwakan perkawinan tersebut hukumnya haram,
Dalam putusan tersebut, MUI menggunakan Alquran dan Hadis sebagai dasar hukum. “Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik hingga mereka ber iman (masuk Islam).
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan wanita orangorang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) hingga mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, meskipun ia menarik hatimu…” (QS: al-Baqarah:221).Selain itu, Alquran surat al-Maidah ayat 5 serta at Tahrim ayat 6 sebagai dalil putusan MUI. Sedangkan, hadis yang dijadikan dalil adalah Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Tabrani: “Barang siapa telah kawin, ia telah memelihara setengah bagian dari imannya, karena itu, hendaklah ia takwa (takut) kepada Allah dalam bagian yang lain.”
Ulama Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait nikah beda agama. Fatwa itu ditetapkan dalam Muktamar ke-28 di Yogyakarta pada akhir November 1989. Ulama NU dalam fatwanya menegaskan bahwa nikah antara dua orang yang berlainan agama di Indonesia hukumnya tidak sah.
Ya saya menggarisbawahi kata “indonesia" (karena setau saya beberapa negara islam lain mengijinkan adanya pernikahan beda agama, contoh: Dubai)
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa tentang penikahan beda agama. Secara tegas, ulama Muhammadiyah menyatakan bahwa seorang wanita Muslim dilarang menikah dengan pria non-Muslim. Hal itu sesuai dengan surat al-Baqarah ayat 221, seperti yang telah disebutkan di atas. “Berdasarkan ayat tersebut, laki-laki Mukmin juga dilarang nikah dengan wanita non-Muslim dan wanita Muslim dilarang walinya untuk menikahkan dengan laki-laki non-Muslim.
FYI: untuk beberapa negara jazirah arab, pernikahan beda agama diperbolehkan, asalkan anaknya harus mengikuti ajaran atau dididik secara islam.
Dalam perjanjian alam, kitab ulangan 7:3, umat Nasrani juga dilarang untuk menikah dengan yang berbeda agama. “Dalam UU No 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 juga disebutkan bahwa: “Pernikahan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.”Bagaimana dengan Gereja katolik?
Hukum Gereja Katolik (c.1086, 1142)
“Perkawinan beda agama tidaklah sah, kecuali ada ijin uskup”. Alasan gereja Katolik, bukan karena pihak lain itu kafir dan akan membawamu ke neraka, tetapi karena perbedaan paham mengenai dua hal, cinta dan perkawinan. Jangan-jangan paham cintanya itu “you for me” (kamu untuk aku), dan paham perkawinannya membolehkan poligami dan cerai-kawin. Namun walaupun beda agama, kalau sepaham dalam dua hal itu, uskup akan mengijinkannya.
Perkawinan beda agama dalam gereja katolik membolehkan pihak non-katolik tetap memeluk agamanya sendiri, namun pihak non katolik harus mengijinkan anaknya dibaptis Katolik. Kalau demikian, perkawinan boleh diberkati dan diakui sah oleh gereja.
Terjadi distorsi.
Seandainya saja seorang muslim dan katolik menikah, dan masing-masing punya hukum anaknya harus dibabptis, atau didaulat sesuai aga masing2 (katolik dan islami) bagaimana jadinya? Bentrok?
Dengan agama lain? Saya mungkin tidak tahu secara pasti. Tapi kebanyakan agama murni tidak mengijinkan adanya pernikahan beda agama, beda untuk kasus tertentu bila tetua agamais setempat menerapkan hukum berbeda.
Bagaimana menurut Hukum Perkawinan Sesuai UU di Indonesia?
Perkawinan di Indonesia diatur oleh UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan: Berdasarkan UU tersebut perkawinan di definisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karenanya dalam UU yang sama diatur bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu serta telah dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bila kita menganalisa pacaran atau pernikahan beda agama:
1. Kemungkinan timbulnya perbedaan pendapat dan rasisme karena perbedaan agama, entah dari faktor eksternal atau internal keluarga sendiri
2. Dapat dibicarakan oleh orang-orang. Mengundang fitnah, kalau melihat kita berada di Indonesia3. Bila punya keturunan, agama apakah yang dianut anak tersebut?4. Kemungkinan akan tidak direstui kedua orang tua5. Hukum dari agama masing-masing
Tapi gue ga menjamin dengan kehidupan setelah “akhir-hayat". Karena semua akhirnya tergantung pada hukum agama masing-masing. Gue akan bersikap netral dan tidak memandang tinggi satu agama pun.
Tapi karena gue islam, dan kebetulan indonesia mayoritas islam,
nikah beda agama adalah tindakan yang dilarang dan tidak ada celah pembenaran sama sekali, karena dalil dalil diatas dengan jelas memberikan penerangan bagi kita selaku umat-Nya.
Selagi bisa dihindari, kenapa tidak? Lebih baik sakit (diputusin, atau memutusin suatu hubungan beda agama) daripada sakit setelah melakukan komitmen bersama seumur hidup yang nyatanya mungkin lebih sulit untuk dijalani.
Jadi pada dasarnya, gue ga percaya pada kekuatan cinta beda agama. Karena seberapapun kuatnya kalian bertahan, tidak akan pernah semurni dan sekuat pernikahan karena satu iman. Harmoni dan tentram tanpa “kemungkinan" adanya kesalahpahaman. Semoga jadi pertimbangan. Terima kasih!
Langganan:
Postingan (Atom)